KPA.BALIPROV.GO.ID. Dalam Forum Diskusi Ilmiah Nasional yang diadakan Pusat Penelitian HIV Atmajaya, Timker HIV Kemenkes dr Pratono mengajak semua Komponen Pegiat HIV di Indonesia Bersatu mengatasi Turunnya anggaran Program HIV di Indonesia, terutama dari Negara Lembaga Donor. Hal ini diungkapkan dr Pratono kepada 150 orang partisipan Diskusi Ilmiah Nasional secara daring, Selasa, 22 Juli 2025.
Dalam acara Diskusi Ilmiah Nasional ini, Pusat Penelitian Atmajaya menghadirkan beberapa Narasumber, diantaranya adalah Ketua Tim Kerja HIV Kementerian Kesehatan, dr. Pratono, Made Diah Negara dari Pusat Penelitian HIV-AIDS Unika Atmajaya, Konsultan di Bidang Kesehatan Masyarakat Aang Sutrisna, MPH, Benjamin Hegarty, Ph.D dari The Kirby Institute, UNSW, Risman Sofian dari Yayasan Pesona Jakarta (YPJ), Bambang Prayudi, SE,Ak dari Perkumpulan Suara Kita,
Lebih lanjut, dr Pratono mengajak semua stakeholder Kembali merapat dan menyatukan visi maupun misi untuk menanggulangi masalah ini. “Kita tidak bisa hanya diam dan menunggu, Harus ada kreatifitas yang justru akan Kembali menjadikan program ini lebih efektif. Dari sisi layanan dan Obat, Kemenkes akan terus berupaya memaksimalkan peran, sehingga hal yang berkenaan dengan layanan dan pengobatan bisa diatasi secara maksimal,”katanya.
Sementara itu Aang Sutrisna menyampaikan, 5 hal penting yaitu terkait tren dan profil pendanaan HIV dan Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) HIV di Indonesia, Kontribusi OMS dalam respon HIV, dampak Penurunan Dana terhadap OMS, Tantangan Pembiayaan dari Pemerintah dan Rekomendasi arah ke depannya.
Aang menunjukan grafik anggaran yang dikucurkan Lembaga donor tiap tahunnya. “Untuk anggaran yang dikeluarkan Lembaga donor dari tahun ke tahun terus menurun. Peningkatan anggaran justru terjadi tahun 2005 dan 2019. Sementara anggaran yang dikeluarkan dari Domestik meningkat pada tahun 2016 dan sampai saat ini terus mengalami tren kenaikan,”katanya.
Aang menilai Saat ini proporsi dana domestic meningkat tajam. Tahun 2024 proporsi dana domestic untuk program HIV melonjak dari 23 % pada awal decade menjadi 74% dari total pendanaan Tahun 2024.
“Kenaikan ini mencerminkan upaya Pemerintah memenuhi meningkatnya kebutuhan layanan Kesehatan yang terkait HIv, terutama ART dan Tes Viral Load. Dan saat ini pula peran pendanaan Internasional menunjukkan tren fluktuatif , menandakan pergeseran peran donor dan pentingnya kesinambungan pembiayaan nasional,”katanya.
Aang juga menuturkan terkait pendanaan OMS dimana Pendanaan Donor terhadap OMS stagnan, sementara kebutuhan meningkat.
“Meskipun total pendanaan program HIV meningkat signifikan dari USD 25 juta tahun 2003 menjadi USD 167,5 Juta tahun 2024, porsi yang dikelola oleh OMS hanya naik terbatas dari USD 9.1 Juta menjadi USD 25,7 Juta dalam periode yang sama,”paparnya.
Di sisi lain, Aang juga menceritakan tentang Kontribusi OMS dalam respon HIV. “Ada beberapa kontribusi pokok OMS dalam respon HIv yaitu melakukan Outreach dan Testing untuk populasi kunci, melaksanakan rujukan ART dan Pendampingan Komunitas, Melaksanakan Edukasi, Penjangkauan yang berbasis Online maupun Ofline, serta melaksanakan Advokasi HAM serta mereduksi Stigma dan Diskriminasi di masyarakat,”katanya.
Karena adanya dampak penurunan dana, maka imbuh Aang, ada beberapa Langkah yang dilakukan OMS di lapangan, diantaranya adalah mengurangi layanan outreach dan testing, kehilangan SDM terlatih karena tidak bisa menggaji atau memberikan honor, berkurangnya kegiatan Edukasi dan pemantauan berbasis komunitas serta mereka kesulitan mempertahankan system data komunitas.
Aang pun menyampaikan beberapa tantangan yang dialami pemerintah untuk program HIV, diantaranya adalah Skema pendanaan tidak fleksibel dan birokratis, Minim memberikan skema hibah langsung untuk OMS lokal, rendahnya prioritas program berbasis komunitas dan kurangnya kebijakan afirmatif bagi OMS HIV.
“Untuk hal itu saya memberikan beberapa rekomendasi dan arah ke depannya, yaitu Pemerintah hendaknya mengembangkan skema pendanaan public yang fleksibel untuk OMS, memperkuat kemitraan Pemerintah OMS berbasis kinerja, memperluas pembiayaan domestic untuk program berbasis komunitas, serta institusionalisasikan peran OMS dalam system Kesehatan Nasional,”jelasnya.
Benjamin Hegarty, Ph.D justru melihat, Sebagian dari OMS masih ketergantungan dengan dana donor. Peneliti dari The Kirby Institue ini mengajak semua komponen yang terlibat dari Program HIv untuk mencari alternative lain. Diantaranya adalah menyesuaikan situasi lapangan dengan peran yang dilakukan saat ini.
“Dari hasil penelitian yang saya lakukan, kebanyak dari pelaku pegiat HIV-AIDs melaksanakan kegiatan hanya menyesuaikan dengan apa yang digariskan. Jadi kreativitas untuk menggali isu terkini belum dimaksimalkan,”katanya.
Risman Sofian dari YPJ dan Bambang Prayudi dari Perkumpulan Suara Kita menuturkan bagaimana mereka menghadapi tantangan turunnya anggaran dari donor. Risman Sofian menjelaskan bahwa tujuan dibentuknya Yayasan Pesona Jakarta (YPJ) adalah meningkatkan akses informasi terkait TB, IMS HIV dan AIDS bagi masyarakat, mendorong akses layanan Kesehatan masyarakat yang komprehensif, mengembangkan kapasitas masyarakat dan komunitas, memobilisasi masyarakat dan komunitas dalam merespon merespon isu Kesehatan secara terpadu, meningkatkan kesejahteraan melalui ekonomi kreatif dan advokasi kesetaraan hukum.
“Menyikapi berhentinya Lembaga donor membantu YPJ maka semua aktivitas yang dilaksanakan dihentikan. Kita pun berusaha mencari cara baru untuk menutupi semua operasional yang ada,”katanya.
Lain halnya dengan Bambang Prayudi dari Perkumpulan suara Kita. Ia pun menyikapi berhentinya kucran dana dari donor dengan menciptakan nuansa baru bagi setiap kegiatan yang dilaksanakannya di komunitas. “Kita juga mengalami hal yang sama. Tapi ada beberapa upaya yang dilakukan. Seperti misalnya mengadakan kegiatan dengan anggaran yang terbatas.
“Bahkan kita sampaikan ke komunitas bahwa kegiatan yang dilakukan ini tidak ada anggaran, apakah mereka berkenan hadir, ternyata Sebagian besar ada yang merespon positif. Dan hal ini terus kita lakukan Bersama Komunitas,”katanya.***Tim