KPA.BALIPROV.GO.ID. Sebagaimana diketahui Bersama, sampai saat ini, memang sudah ada obat yang berfungsi hanya menghambat perkembangan HIV dalam tubuh manusia. Obat ini tidak bisa membunuh HIV. Oleh sebab itulah penyakit ini menjadi sebuah perhatian penting bagi para ahli kesehatan. Dalam situs https://aido.id/health-articles/menunjukkan-hasil-baik-seperti-apa-vaksin-hiv-yang-diujicobakan-pada-primata/detail diungkapkan bahwa munculnya vaksin HIV menjadi sebuah harapan.

Dimana percobaannya pada primata menunjukkan hasil aman. Selain itu, percobaan ini juga menghasilkan adanya dorongan terbentuknya antibodi, serta respons kekebalan seluler terhadap virus, termasuk virus HIV.

Apa itu kekebalan seluler? Ini merupakan respons kekebalan atau imun untuk tidak melibatkan antibodi. Namun, melibatkan respons kekebalan yang mana dilakukan molekul protein. Molekul protein ini tersimpan pada limfa serta plasma darah.

Vaksin HIV dibuat dengan dasar mRNA teknologi platform sama, yang mana digunakan dalam dua vaksin virus Corona. Di uji coba yang dilakukan tersebut, para peneliti menggunakan kera rhesus dan tikus. Dengan diikuti beberapa inokulasi booster risiko 79 persen lebih rendah. Hal ini jika dibandingkan dengan hewan yang tidak vaksinasi.

Diketahui bahwa vaksin HIV ini menggabungkan fitur-fitur yang bisa mengatasi kekurangan vaksin HIV yang lainnya. Vaksin mRNA ini memberikan sebuah instruksi dengan kode. Dimana instruksi tersebut membuat Env dan Gag yang merupakan protein HIV utama di sel otot hewan.

Vaksin HIV tepatnya mRNA ini kemudian diuji kepada kera atau primata.

Dengan rinscian rejimen vaksin yang berbeda, antara sub kelompok hewan vaksinasi, namun melibatkan priming sistem kekebalan. Akan tetapi, dengan vaksin yang dimodifasi guna memaksimalkan antibodi.

Walaupun dosis mRNA yang diberi tinggi, namun vaksin bisa ditoleransi dengan baik. Efek samping yang terjadi pun hanya sementara dan ringan terjadi para kera, yakni seperti hilangnya nafsu makan. Disebutkan bahwa jika vaksin HIV sudah aman dan dirasa efektif, maka vaksin akan dilanjutkan ke uji coba Tahap 1 dengan sukarelawan dewasa.***Tim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *