KPA.BALIPROV.GO.ID. Dalam Situs https://www.halodoc.com/kesehatan/ dijelaskan, herpes adalah penyakit yang ditandai dengan munculnya lepuhan berwarna kemerahan dan berisi cairan pada kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit jangka panjang, karena virusnya bisa bertahan seumur hidup di dalam tubuh seseorang. Dua jenis herpes yang umum dialami, yaitu: Herpes simpleks, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan 2. Dan Herpes zoster, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster atau virus yang sama dengan penyebab cacar air.

Penyebab herpes  adalah virus herpes simpleks tipe I dan II. Kedua virus tersebut tergolong ke dalam virus DNA. Virus ini mudah ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak kulit, seperti berciuman atau bersentuhan. Sedangkan pada tipe II, melakukan kontak seksual adalah penyebab utama penularan virus.

Semua orang memiliki resiko terkena virus, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun, dalam kasus tipe II yang menyerang kelamin,  Virus lebih mudah menginfeksi orang-orang melakukan praktik hubungan seksual berisiko diantaranya adalah  berjenis kelamin perempuan, memiliki pasangan seks lebih dari satu, berhubungan intim di usia yang sangat muda, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah dan memiliki penyakit kelamin yang lain.

Semua orang yang pernah mengalami cacar air berisiko tinggi terkena herpes zoster. Berikut ini beberapa faktor risiko yang perlu diperhatikan adalah berusia lebih dari 50 tahun, memiliki penyakit tertentu yang melemahkan sistem imun, seperti HIV/AIDS dan kanker, sedang menjalani perawatan kanker, seperti radiasi dan kemoterapi yang dapat menurunkan kekebalan tubuh terhadap penyakit dan mengkonsumsi obat-obatan yang dirancang untuk mencegah penolakan terhadap organ transplantasi, misalnya penggunaan steroid yang berkepanjangan.

Gejala biasanya muncul dalam waktu 3-7 hari setelah seseorang terpapar virus. Gejalanya sendiri diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan yang dialami oleh pengidap.

Berikut ini beberapa gejala yang muncul tersebut:

1.Infeksi Primer

Gejala awal yang dijumpai berupa bintil berwarna putih tampak berisi air atau disebut sebagai vesikel. Bintik ini muncul berkelompok di atas kulit yang sembab dan kemerahan (eritematosa). Awalnya vesikel tersebut tampak putih, tetapi lama-kelamaan berisi nanah (pus) berwarna hijau.

Terkadang dapat ditemukan juga bintil yang telah pecah, sehingga penampakannya seperti “sariawan” pada kulit. Fase infeksi primer terjadi selama 3 minggu dan sering disertai gejala lainnya. Contohnya seperti demam, lemas, mual, muntah, dan dapat juga ditemukan pembesaran kelenjar di lipat paha atau di sekitar leher.

Pada tipe I, gejala umumnya muncul pada daerah pinggang ke atas terutama daerah mulut dan hidung. Infeksi tipe I ini sering disebut sebagai cold sores, yang juga dapat menyerang dinding mukosa mulut dan memberikan tampilan seperti sariawan. Infeksi umumnya dijumpai anak-anak.

2.Fase Laten

Saat gejala membaik, bukan berarti virus telah mati. Virus tersebut “beristirahat” di dalam sel saraf tulang belakang manusia. Di fase ini, pelepasan virus masih terus berlangsung, meskipun dalam jumlah sedikit. Dengan demikian, bisa saja seseorang terkena infeksi herpes dari pasangannya yang terlihat sehat.

3.Infeksi Rekuren

Virus yang beristirahat pada fase laten suatu saat dapat aktif kembali. Faktor-faktor atau kondisi-kondisi yang dapat mengaktifkan infeksi tersebut, antara lain:

  1. Trauma fisik, seperti demam, infeksi oleh penyakit lain, penyakit HIV/AIDS, hubungan intim, kurang istirahat, menstruasi, dan sebagainya.
  2. Trauma psikis, seperti gangguan emosional dan depresi.
  3. Penggunaan obat-obatan dan terapi kanker.

Gejala yang timbul umumnya lebih ringan dibanding infeksi primer dan berlangsung lebih sebentar, yaitu selama 7-10 hari. Kelainan kulit dapat timbul di tempat yang sama (loco) atau di sekitarnya (non-loco). Sebelum kelainan kulit muncul, pengidap akan mengalami gejala, seperti rasa panas, gatal, dan nyeri.

Selain gejala khas dalam setiap fase di atas, berikut ini beberapa jenis gejala tambahan yang bisa saja dialami pengidap:

Pada pengidap wanita, gejalanya :

  1. dapat terjadi disuria atau rasa nyeri saat buang air kecil.
  2. Keputihan.
  3. Gejala neuropati, meliputi susah buang air kecil, konstipasi (sembelit), ataupun hilang sensasi pada kulit.

Diagnosis Herpes

Diagnosis dilakukan berdasarkan gejala dan temuan klinis yang ada. Namun, untuk beberapa kasus yang meragukan, misalnya penampakan klinis sudah tidak khas lagi, maka dapat dilakukan tes laboratorium. Dokter umumnya akan mengambil jaringan dan cairan dari vesikel kulit dan diamati di bawah mikroskop.

Apabila pemeriksaan laboratorium gagal menemukan virus herpes, maka pemeriksaan lainnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan antibodi virus herpes simpleks. Virus dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik, yaitu mengecek bentuk koreng serta menanyakan gejala yang muncul pada pasien.

Tidak hanya itu, untuk membantu diagnosis herpes agar lebih akurat, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan tambahan, seperti:

  1. Kultur virus herpes simplex. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengusap area kulit atau genital yang terinfeksi, kemudian mengambil cairan genital atau cairan tubuh lainnya untuk diperiksa di laboratorium.
  2. Tes antibodi.  Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari tubuh, kemudian dianalisis di laboratorium untuk diperiksa keberadaan antibodi spesifik HSV 1 maupun HSV 2.

Pengobatan Herpes

Pengobatan dilakukan dengan berfokus menghilangkan bekas lepuhan dan mencegah penyebaran virus. Meski koreng dan lepuhan dapat hilang dengan sendirinya, pengobatan yang dilakukan dapat mengurangi komplikasi yang bisa saja dialami oleh pengidap.

Sedangkan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh virus, berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan:

  • Mengonsumsi obat pereda nyeri.
  • Mandi dengan menggunakan air suam.
  • Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
  • Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.
  • Menggunakan pakaian longgar.
  • Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.

Khusus ibu hamil dengan penyakit genital, ia wajib melakukan pemeriksaan diri untuk mencegah penularan pada bayi selama proses persalinan berlangsung. Dalam beberapa kasus, penularan dapat menyebabkan komplikasi yang membahayakan nyawa bayi.

Komplikasi Herpes

Sejumlah gejala yang dibiarkan begitu saja dapat memicu munculnya komplikasi berupa:

  • Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain.
  • Radang otak dan selaputnya.
  • Radang paru-paru.
  • Hepatitis.
  • Esofagitis.
  • Kematian jaringan retina mata.

Komplikasi dari infeksi virus varicella-zoster tidak selalu terjadi pada pengidap cacar air. Komplikasi umumnya dialami oleh anak-anak, lansia, wanita hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Berikut ini beberapa komplikasi yang bisa saja dialami:

  • Ruam menyebar ke bagian mata.
  • Ruam yang diikuti oleh sesak napas dan sakit kepala.
  • Ruam yang diikuti dengan infeksi bakteri sekunder pada daerah tersebut.

Pencegahan Herpes

Satu-satunya cara untuk sepenuhnya menghindari infeksi virus adalah tidak melakukan hubungan seksual dengan pengidapnya. Jika aktif secara seksual, kamu dapat melakukan hal-hal berikut untuk menurunkan kemungkinan terinfeksi virus:

  • Bertahan dalam satu hubungan jangka panjang.
  • Menggunakan kondom.
  • Jangan berhubungan intim dengan orang yang memiliki luka kelamin.
  • Terbuka terhadap pasangan. ***Tim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *