
KPA.BALIPROV.GO.ID Dari laman https://upk.kemkes.go.id/ diinformasikan bahwa tanggal 14 Agustus 2024, WHO Kembali menetapkan Mpox sebagai Public Health Emergency of International Concern. Hal itu disebabkan karena terjadi peningkatan kasus Mpox pada Juni-Juli 2024 di wilayah Afrika, terutama di Republik Demokratik Kongo dan diikuti penemuan kasus di beberapa negara sekitar, serta munculnya varian atau clade baru (lb) virus Mpox. Di Indonesia sendiri saat ini telah dilaporkan sebanyak 88 kasus konfirmasi dari tahun 2022-2024, seperti dilansir dari laman infeksiemergining.kemkes.go.id, Jumat (13/9/2024). Apakah MPOX persamaan MPOX dengan HIV – AIDS? sudah masuk ke Bali?
Dari laman www.bloombergtechnoz.com, Pakar kesehatan atau epidemiolog Dicky Budiman mengatakan, penyakit HIV dan Mpox memiliki persamaan yaitu sama-sama disebabkan oleh virus. “HIV disebabkan oleh retrovirus, sedangkan monkeypox oleh anggota orthopoxvirus,” kata Dicky saat berbincang, Selasa, 7 Nopember 2023 lalu.
Kedua penyakit ini sama-sama menular antara manusia ke manusia (human to human). Asal muasalnya juga sama yaitu zoonotik virus atau sama-sama dari kelompok kera yang menularkan ke manusia, yang saat ini keduanya bisa menular antarmanusia.
HIV umumnya ditularkan melalui kontak seksual, berbagi jarum suntik (narkoba), dari ibu hamil yang melahirkan pada anaknya selama proses persalinan atau breast feeding atau menyusui.
Monkeypox bisa ditularkan melalui kontak erat dan dekat, antara lain bisa ditularkan dari ciuman di mana rongga mulut penderita terdapat lesi atau luka, droplet atau cipratan liur, dan dair cairan lesi atau luka di tubuh. Dia bukan masuk kelompok menular seksual.
“Kelompok yang rawannya yaitu kelompok male sex with male (MSM) seperti gay, biseksual dan pekerja seksual. Dalam konteks monkeypox ini juga berisiko pada tenaga kesehatan, ketika dia abai seperti dari jarum suntik dan benda yang sebelumnya terpapar pasien,” ujar Dicky.
Kesamaan lain di dampak sistem imunitas. Kedua penyakit ini sangat berdampak pada sistim imunitas.“Kalau HIV target utama melemahkan sistem imunitas CD4 dan T-cell yang membuat seseorang yang rawan mengalami infeksi oportunistik atau infeksi tambahan, seperti mikroba normal bisa jadi masalah karena turunnya daya tahan tubuh. Monkeypox juga tapi tidak seberat HIV, ini juga yang sering membuat seorang yang terinfeksi monkeypox menderita infeksi sekunder (bakteri dsb),” terang Dicky.
“Kedua peyakit ini umumnya diiringi dan disertai kehadiran infeksi penyakit menular seksual seperti sifilis ini yang umum terjadi, bahkan pada Mpox umumnya menjangkit pada orang HIV positif,” tambahnya.
Di sisi lain, dalam laman kompas.com, anggota dewan pertimbangan PB IDI, sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Hematologi-Onkologi, Prof. dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, menjelaskan alasan mengapa pengidap HIV- AIDS rentan terkena penyakit menular monkeypox. Ia mengatakan jika di Indonesia penularan cacar monyet baru-baru ini mengalami peningkatkan meskipun kasusnya masih jauh di bawah angka 100 orang. Namun, dari banyaknya kasus cacar monyet di Indonesia, lebih dari 50 persen pasien yang terkena monkeypox mengidap HIV.
“Beberapa bulan terakhir ini terjadi penularan yang makin lama makin banyak. Namun, makin lama makin banyak itu juga tidak perlu panik, karena masih jauh di bawah angka 100 yang tertular,” kata dr. Zubairi dalam pertemuan virtual yang diadakan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dalam rangka Hari AIDS Sedunia, pada Kamis 30 Nopember 2023 lalu. “Nah, dari sekitar angka itu memang lebih dari 50 persen adanya pada laki-laki dengan HIV,” imbuhnya. Melansir Fakultas Kedokteran Univeristas Indonesia, berdasarkan total kasus cacar monyet di dunia, terdapat sekitar 30 hingga 40 persen orang yang terkena monkeypox juga terinfeksi HIV – AIDS.
Dr. Zubairi kemudian memberikan penjelasan mengenai alasan yang mendasari penderita HIV rentan tertular monkeypox yaitu karena adanya risiko penularan dari seks dan sistem kekebalan tubuh penderita HIV yang rendah. “Karena rupanya pertama adalah mengenai penularan, yang kedua adalah mengenai sistem kekebalan. Penularan yang terbanyak adalah penularan melalui hubungan seksual untuk cacar monyet ini,” kata Zubairi. Meskipun begitu, penyakit cacar monyet dapat menyerang siapa saja, baik dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah maupun normal.
Namun, pengidap HIV akan lebih mudah terinfeksi berbagai penyakit yang disebabkan oleh kuman, virus, bahkan patogen sekalipun dan salah satunya adalah monkeypox. Hal tersebut disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh ODHIV (Orang dengan HIV) yang rendah karena sel darah putih sudah hancur dan jumlahnya di tubuh menurun. Kabar baiknya, penyakit cacar monyet hampir semuanya bisa sembuh sendiri sehingga masyarakat tidak perlu khawatir dan panik dalam menanggapi masalah kesehatan ini.
Apakah MPOX sudah Masuk ke Bali?
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga belum mendapat laporan resmi mengenai kasus cacar monyet di wilayah Bali. Berdasarkan laporan perkembangan situasi penyakit infeksi emerging terakhir, pada 18-24 Agustus 2024, tidak terdapat penambahan kasus konfirmasi Mpox pada periode tersebut. Indonesia pertama kali melaporkan kasus pada 2022. Ada total 88 kasus konfirmasi Mpox yang tersebar di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tidak ada laporan kasus MPOX dari Bali. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan belum ada penambahan kasus cacar monyet. “Iya (tidak ada penambahan kasus). Ada 88 (kasus) sampai saat ini sejak 2022 dan tidak ada anak-anak,” kata Nadia pada Kamis (29/8/2024) dikutip dari Kompas.com. Kendati demikian, Pemerintah Provinsi Bali tetap mewaspadai penyebaran cacar monyet. Misalnya, pada penyelenggaraan Indonesia-Africa Forum (IAF) pada 1-3 September 2024, pemerintah mengadakan skrining mpox di bandara kedatangan internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
Anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan, Ketut Kariyasa Adnyana menegaskan, meskipun belum ada kasus yang dilaporkan di Bali, Akan tetapi sebaiknya kewaspadaan semua pihak hendaknya jangan dikendurkan. Ia meminta otoritas Bandara Ngurah Rai dan Pelabuhan Gilimanuk memperketat pemeriksaan kesehatan penumpang yang masuk ke Bali. “Kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan. Meskipun belum ditemukan kasusnya di Bali sudah dilakukan upaya pencegahan di bandara dan pelabuhan,” kata Ketut pada Selasa (3/9/2024) dilansir Kompas.com.
Apa itu MPOX?
Seperti yang kita ketahui, Mpox yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet atau Monkeypox, adalah penyakit zoonosis yang berarti ditularkan dari hewan ke manusia.disebabkan oleh virus.
Seiring dengan meningkatnya jumlah kasus dan penyebaran, ditemukan bahwa Mpox juga dapat menular antar manusia, melalui kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh orang yang terinfeksi, serta melalui kontak dengan benda atau permukaan yang telah terkontaminasi oleh virus.
Pada umumnya, gejala Mpox bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendiri dalam beberapa minggu. Namun, pada beberapa kasus dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama mereka yang termasuk dalam kelompok rentan (anak-anak, ibu hamil dan penderita gangguan system imun.
Berikut jenis komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada penderita Mpox:
- Infeksi kulit sekunder: luka akibat Mpox dapat menjadi terinfeksi oleh bakteri, menyebabkan infeksi kulit sekunder.
- Pneumonia: Infeksi paru-paru yang dapat menyebabkan gejala seperti sesak napas dan batuk yang parah.
- Gangguan Kesadaran: beberapa pasien mungkin mengalami penurunan kesadaran atau perubahan mental akibat dari infeksi yang menyebar.
- Masalah mata: Infeksi mata yang bisa mengakibatkan konjungtivitas atau bahkan keratitis yang dapat mempengaruhi pengelihatan.
Mpox dapat menyebabkan berbagai tanda dan gejala, salah satu gejala khas dari Mpox adalah pembengkakan kelenjar getah bening di beberapa lokasi tubuh, diantaranya bagian leher, ketiak maupun selangkangan. Pembengkakan ini merupakan salah satu indikator penting dalam mendiagnosa infeksi dan bisa memberikan informasi berharga tentang tahap serta tingkat keparahan penyakit tersebut.
Gejala awal Mpox biasnaya muncul dalam waktu 5 hingga 21 hari setelah terpapar virus mencakup, demam, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, sakit punggung, pembengkakan kelenjar getah bening, dan ruam kulit yang berkembang bertahap. Ruam atau lesi pada kulit dimulai dalam satu sampai tiga hari sejak demam, kemudian berkembang menjadi bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras atau keropeng lalu rontok. Jumlah lesi yang muncul tubuh tiap penderita pun beragam, berkisar dari beberapa saja hingga hingga ribuan yang dapat ditemukan di mulut, alat kelamin dan mata.
Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau telah terpapar birus Mpox, segera datang ke pelayanan Kesehatan untuk mendapatkan perawatan dan penanganan yang tepat dalam membantu mengurangi risiko komplikasi dan penyebaran penyakit.***Tim