KPA.BALIPROV.GO.ID. “Pertanyaan salah satu Pegiat HIV-AIDS Christian Supriyadinata saat pertemuan Sosialisasi Penguatan Sistem Kesehatan melalui RSSH Project untuk AIDS, Tuberkulosis dan Malaria, Jumat 22 April 2022. Sangat menarik sangat menarik untuk dibahas. Dimana Christian menanyakan tentang keberlanjutan kerja LSM Peduli AIDS di Bali. Inti Partanyaannya adalah, bagaimana kalau seandainya semua Lembaga donor meninggalkan Bali? Siapa yang membantu Pegiat HIV untuk melanjutkan Program Penanggulangan AIDS di Bali ?
Pertanyaan tersebut direspon beranekaragam versi jawaban. Eka perwakilan Bappeda Provinsi Bali menegaskan, untuk aturan pendanaan, Pihak Bappeda sudah terikat dengan Permendagri 2019, dimana sudah diplot sedemikian rupa, “Kami sudah melaksanakan ketentuan yang telah dikirim Mendagri terkait pendanaan kepada lintas sektor. Sehingga belum bisa menyiapkan anggaran khusus bagi Lembaga di luar ketentuan tersebut,”katanya
Sementara itu, Pimpinan Wilayah Asosiasi Dinas Kesehatan (PW ADINKES) Bali yang juga Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Badung Dr I Nyoman Gunarta, MPH, menuturkan pengalaman pribadinya terkait pengganggaran bagi Lembaga Swadaya Masyarakat Pengiat HIV-AIDS. “Nah ini adalah PR bagi Kepala Bapeeda se-Bali. Meskipun tidak dimuat dalam ketentuan, tentu bisa dianggarkan dengan memberikan masukan kepada Puskesmas ataupun Layanan yang ada di Bali, agar sekiranya mau mengangkat pendamping local atau pun penjangkau lapangan yang ditugaskan di puskesmas serta layanan tertentu. Dan ini pasti tidak menyalahi aturan,”katanya.
Dr Gunarta juga menegaskan bahwa Program Penanggulangan AIDS, Tuberkulosis dan Malaria ini hendaknya menjadi perhatian khusus bagi semua pihak. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan bidang anggaran yang sudah ditetapkan, tapi harus mncari solusi agar semua program tersebut bisa dianggarkan serta tuda menjadi temuan nantinya,”katanya.
Kegiatan ini dibuka Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Dr. dr. I Nyoman Gede Anom, M.Kes. Kepala Dinas Kesehatan menyambut baik adanya pertemuan Sosialisasi Penguatan Sistem Kesehatan melalui RSSH Project untuk AIDS, Tuberkulosis dan Malaria (ATM). Dimana Kita di Dinas Kesehatan Provinsi Bali telah berupaya menyiapkan Layanan serta pelatihan bagi Petugasnya secara maksimal,
Sosialisasi itu dilaksanakan Asosiasi Dinas Kesehatan (ADINKES) atas dukungan Kemendagri dan Kemenkes. Acara tersebut dimoderatori Drs Made Efo Suarmiartha (Forum Peduli AIDS Bali) serta dihadiri oleh, Wakil Gubernur Bali yang diwakili Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bappeda se-Bali, Kepala Dinas Kesehatan se-Bali, Kepala Bidang P2 Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Pendiri YCUI yang juga penemu pertama HIV-AIDS di Indonesia Prof Dr Tuti Parwati Merati SPPD, KPTI, Sekretaris KPA 9 Kabupaten Kota, Pengelola Program KPA Provinsi Bali, Sekjen JIP, Ketua PKVHI Bali, IPPI Bali, OPSI Bali, Yayasan Gaya Dewata, Inti Muda, Meteor, Adinkes Bali sendiri dan Resilient And Sustainabel SystemFor Health (RSSH) Bali.
Dr. dr I Nyoman Gede Anom, M.Kes mengungkapkan, jumlah layanan Program HIV-AIDS dan PIMS di Bali saat ini adalah sebagai berikut : layanan Tes sebanyak 153 buah, Layanan PDP (Test And Treat) berjumlah 33 Buah, Layanan Tes IMS sebanyak 109 buah, layanan PPIA sebanyak 7 Buah dan Layanan PTRM sebanyak 6 Buah.
Selain itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali juga menuturkan, saat ini di Bali masuk katagori Epidemi terkonsentrasi, dimana estimasi ODHIV saat ini sebanyak 31.686 orang. “Sampai Maret 2022, kasus ditemukan sebanyak 26.519 orang. Dan Odhiv yang on ARV sampai Maret 2022 sebanyak 10.671 orang.
Dalam pemaparannya itu, Dr. dr I Nyoman Gede Anom menjelaskan, kasus pada PWID estimasinya terus menurun, kemudian WPS dan Transpuan juga cenderung turun, sedangkan untuk LSL meningkat. “Sampai saat ini kami sampaikan bahwa kasus putus minum obat pada populasi Kunci masih tinggi,”katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Sudiasa, SKM, M.Kes menambahkan, untuk memperkuat kinerja layanan yang dibentuk, Dinas Kesehatan juga terus melakukan pelatihan bagi petugasnya agar bisa berperan maksimal menanggulangi serta memberikan pengobatan bagi yang terpapa AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.***Tim